Pekabar Injil masa Portugis sampai Zending
PEKABAR INJIL MASA PORTUGIS SAMPAI DATANGNYA ZENDING
Portugis adalah bangsa Eropa yang mulai berekspansi dalam perdagangan rempah-rempah dan ingin sendiri mendapatkan rempah-rempah. Lalu portugis melihat peluang perdagangan rempah-rempah didaerah malaka, selain berdagan portugis juga berniat menguasai malaka dengan harapan mendapatkan kekayaan alamnya. Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor.Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan.Portugis ingin memonopoli perdagangan dengan cara menguasai lautan. Mereka mengembangkan konsep perang terhadap lawan dagang, yang terutama lawan mereka adalah pedagang Islam.
Tahun 1511 Portugis telah berhasil menguasai Malaka dan tahun 1522 berhasil membangun benteng di Ternate. Tiga pusat kekuasaan Portugis di Asia: Goa di India, Malaka, dan Ternate. Ternate inilah yang menjadi pangkalan militer sekaligus pangkalan misi di Indonesia Timur. Tentunya degan menguasai daerah setempat portugis juga memperkenalkan identitas keagamaanya ditiap daerah. Ketika melakukan pengkristenan diindonesia, portugis melakukan pengkristenan dengan cara politik, dimana daerah-daerah kecil kemudian diutus para pekabar injil untuk masuk dalam daerah untuk mengkristenkan penduduk setempat.
Agama Kristen menyebar juga ke Sulawesi Utara dan Kepulauan Sangihe. Pada tahun 1563 Raja Manado dan sejumlah rakyatnya dibaptis. Raja Siau kebetulan sedang berkunjung ke sana dan ikut dibaptis; penduduk Pulau Siau sendiri menyusul beberapa tahun kemudian. Tetapi karena orang Portugis semakin terdesak oleh Ternate, benih ini tidak dapat dipelihara. Baru dalam abad ke-17, ketika orang Spanyol dari Filipina memperluas pengaruh mereka ke kawasan ini, berhasil dibentuk jemaat-jemaat yang agak mantap.
Agama Kristen juga tersebar di satu wilayah yang terletak di luar lingkungan pengaruh Sultan Ternate, yaitu di Nusa Tenggara Timur. Daerah ini penting bagi para pedagang Portugis karena menghasilkan kayu cendana, yang sangat laku di India dan Tiongkok. Pada tahun 1556 lima ribu orang dibaptis di Pulau Timor. Lahirlah jemaat-jemaat Kristen di Flores dan di beberapa pulau lain. Di sini Ordo Dominikal yang aktif. Mereka mendirikan semacam negara religius, dengan pusat di Pulau Solor. Benteng di Solor pun merekalah yang membangunnya. Di daerah ini juga kelompok Kristen terlibat dalam peperangan dan sering diserang oleh kekuatan dari luar. Tetapi mereka bertahan dan bertumbuh menjadi semacam daerah kantong Portugis di Asia Tenggara.
Kemudian, tahun 1538 Portugis berhasil mengkristenkan Ambon (Maluku Selatan) di mana Islam juga sudah masuk terlebih dahulu. Karena sukses mengalahkan Islam dari Jawa yang ingin membantu kampung Islam di Ambon untuk mengalahkan kampung yang belum Islam, maka kampung-kampung yang masih menganut agama nenek moyang akhirnya memilih masuk Kristen. Ribuan orang dipabptis baik di Ambon maupun di Halmahera Utara. Namun dalam perkembangannya kurang maksimal, karena orang portugis gagal menunjukkan contoh hidup Kristen yang baik, Sehingga rakyat Maluku menjadi marah dan bangkit melawan pemerintahan portugis pada waktu itu, tentunya identitas agama juga yang dibawakan orang pertugis perlahan-lahan ditolak dan diindahkan Misionaris yang terkenal adalah Fransiskus Zaverius yang tiba di Indonesia mengabarkan injil dengan model, menyuruh menghafa beberapa doa , pengakuan iman , dasar titah lalu pengakuan dosa dan dibabtis. Metode ini berhasil menarik orang banyak masuk Kristen Dengan perkembangan selanjutnya, yakni Maluku, ditimpa bencana yang hebat. Dimana Sultan Hairun dari Ternate dibunuh dalam benteng portugis, akibatnya penduduk asli diMaluku marah, banyak kampung Kristen dibakar. kekacauan pada waktu itu menguntungkan pihak islam. Dengan rasa dendam dan kecewa atas tindakan orang portugis yang membunuh Sultan mereka, kebanyakan dari mereka murtad. Posisi misi makin hari semakin sukar dalam melakukan pekabaran injil, kehidupan Rohani dalam iman Kristen mundur akibat kebencian yang mendalam. Jumlah orang Kristen pada waktu itu berkurang draktis. Pemerintahan portugis pada waktu itu pulah mulai surut. Demikianlah keadaan Kristen diMaluku. Perkembangan selanjutnya pemerintahan portugis diserang oleh Belanda. Orang-orang Belanda yang beragama protestan, mengambil alih jemaat-jemaat Kristen, sehingga dua abad lamanya misi katolik roma tidak bekerja di Indonesia. Kecuali di Flores dan Timor.
Orang Belanda datang ke Asia tidak berbeda dengan kedatangan orang Pertugis yang ingin memonopoli perdagangan. Selama abad ke-17 dan ke-18, jajahan Belanda di seberang laut, termasuk di Indonesia, tidak langsung diperintah oleh negara Belanda. Pada tahun 1602 semua pedagang yang mengirim kapal ke Asia membentuk sebuah kongsi besar, Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Kepada badan inilah pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan atas seluruh jajahan Belanda antara ujung selatan Afrika dan ujung selatan Amerika Selatan. Jadi, Pengurus VOC yang merupakan kekuasaan tertinggi di wilayah yang terbentang dari India Selatan sampai ke Taiwan. Wakil tertinggi mereka di tempat ialah Gubernur Jenderal, yang sejak tahun 1619 berkedudukan di Batavia (Jakarta). Pentinglah untuk diperhatikan bahwa penjajahan gaya VOC jauh beda dengan yang berlaku pada akhir zaman kolonial, pada masa Hindia Belanda. Sebagai maskapai dagang, VOC tidak berikhtiar menjajah daerah yang luas. Hanya di Maluku mereka perlu menguasai beberapa pulau secara efektif, untuk mempertahankan monopoli dalam perdagangan rempah-rempah. Lama-kelamaan wilayah VOC Baru dalam abad ke-19 jajahan Belanda di Asia mulai berubah sifat menjadi negara teritorial. meluas, khususnya di Pulau Jawa, tetapi badan itu tetap lebih banyak merupakan perusahaan daripada negara.
VOC ini adalah ”negara” yang dengannya gereja di wilayahnya harus berurusan. Hubungan antara gereja dan ”negara” itu ditentukan oleh dua faktor. Pertama, sama seperti di negeri Belanda sendiri, begitu pula di wilayah VOC para penguasa merasa berhak, bahkan berkewajiban mengatur gereja. Di seberang lautan pengaruh mereka dalam gereja malah lebih besar lagi daripada di negeri Belanda sendiri, sebab tidak ada orang Kristen Eropa yang bukan pegawai VOC. Dengan demikian hampir tidak mungkin, umpamanya, seorang anggota majelis gereja menentang kehendak tokoh-tokoh pemerintah, sebab dalam kehidupan sehari-hari mereka ini merupakan atasannya. Faktor kedua ialah, ”negara” ini berpedoman pada kepentingan perdagangan. Tentu, pengurus VOC terdiri atas orang Kristen Protestan, yang merasa berkewajiban membangun dan mengasuh gereja di wilayah kekuasaan mereka. Tetapi mereka bukan pelayan gereja. Sudut pandang mereka ialah sudut pandang pedagang. VOC membiayai kegiatan gereja dan mengupayakan pekabaran Injil hanya karena dan sejauh semua itu bertindih dengan kemajuan usaha dagangnya.
Pekabaran Injil atau Zending sudah memasuki Indonesia pada masa pendudukan Portugis di kepulauan Maluku (1512-1605) ditandai dengan menetapnya beberapa misionaris Yesuit (Katolik Roma) di Ternate, pada tahun 1522. Penakluk VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) terhadap Portugis di Maluku pada tahun 1605 memulai babak baru Pekabaran Injil oleh Gereja Protestan. Akan tetapi, awal abad ke-19 tetap dicatat sebagi masa-masa bersejarah Pekabaran Injil di Indonesia, dengan bekerjanya sejumlah organisasi Zending oleh Gereja-gereja Protestan dari Belanda dan Jerman . Organisasi Pekabaran Injil Belanda yang sudah melakukan misinya di Indonesia adalah Nederlandse Zendeling Genootschap (NZG), dimulai selama Belanda di bawah kekuasaan Perancis (1795-1813) dan Indonesia di bawah pemerintahan sementara Inggris (Gubenur Jenderal Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (1811-1816). Perhimpunan Belanda lainnya yang menyusul adalah Nederlandse Zendingsvereniging (NZV), Utrechtse Zendingsvereniging (UZV), sedangkan dari Jerman adalah Rheinische Missinsgesekkschaft (RMG). Biasanya pekabaran Injil dilakukan tersebar di koloni-koloni pemerintah Belanda di sejumlah pulau di Indonesia, antara lain di Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Irian, Halmahera, Buru, Poso, Sangir, dan Talaud.
Semangat Pekabaran Injil de Eropa tak lagi tergantung pada kerjasama suatu Gereja dengan pemerintahnya yang melakukan kolinialisasi ke berbagai benua. Di Jerman, di tepi sungai Zending. Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) yang berdiri pada tahun 1818 mengutus misionaris ke daratan luas dan suku-suku bangsa besar di Afrika dan Tiongkok, termasuk ke Indonesia yang berada di bawah penguasaan Belanda. Ia berjasa bagi penanaman Injil dan tumbuhnya gereja Kalimantan Evangelis (GKE), HKBP, GKPS, BNKP, Gereja Kristen Protestan Mentawai. Salah satu Pekabar Injil yang terkenal adalah Dr. I.L Nommensen yang diberi gelar rasul Batak .Di Indonesia, RMG pertama sekali mengkonsentrasikan perkerjaannya di Kalimantan Tenggara sejak tahun 1836. Pada tahun 1859 meletus Perang Banjar yang dipimpin Pangeran Hidayat. Perang tersebut menelan banyak korban tewas – termasuk 4 pendeta, 3 istri, dan 2 anak Mereka. RM terpaksa mengundurkan Pekabaran Injil di sana lalu memindahkannya ke Tanah Batak (1861), Nias (1865), Mentawai (1901), dan Enggano (1903), Pekabaran Injil yang ditinggalkan RMG di Kalimantan Tenggara diteruskan Basler Mission Dari Swiss.
Pemindahan Zendeling dari Kalimantan ke Tanah Batak terkait dengan penugasan pimpinan RMG, Inspektur Dr.Friedrich Fabri kepada misionaris yang tertahan di Batavia akibat Perang Banjar, pada tahun 1860. Ketika itu Febri berkunjung ke Amsterdam, Belanda. Dia sangat tertarik pada dokumen van der Took mengenai suku Batak Toba yang ditelitinya pada tahun 1849. Fabri mengutus Hoefen mengunjungi Tanah Batak, dan berdasarkan laporan Hoefen RMG menugaskan dua misionaris, Klammer yang bertahan di Batavia dan Heine yang langsung didatangkan dari Barmen, ke Tanah Batak. Keduanya tiba di Sibolga 17 Agustus 1961 dan memilih Sipirok sebagai pos utama. Heine dan Klammer tinggal melapor ke residen Tapanuli di Sibolga karena Fabri sudah lebih dahulu meminta izin atas penugasan kedua misionaris itu ke pemerintahan Belanda.
Dengan demikian telah bertugas misionaris zending Emello dan RM di perbatasan Tanah Batak Utara dan Tanah Batak Selatan. Karena Pekabaran Injil bersifat supranasional, atas koordinasi Zending Emello dan RM, Betz dan van Asset bergabung dengan Heine dan Klammer di bawah naungan RM. Keempat misionaris itu melakukan rapat pembagian tugas pada 7 Oktober 1861. Bentz mendapat tugas di tempat pelayanan yang telah dia buka sebelumnya, yaitu Bungabondar, Klammer di Sipirok, sedangkan Heine dan van Asselt di Pangaloan. Tanggal pembagian tugas inilah yang kemudian dicatat sebagai hari jadi atau lahirnya HKBP (Huria Kristen Batak Protestan).Lothar Schreiner,dalam bukunya Adat dan Injil membuat tahapan sejarah pengkristenan orang Batak denga merujuk pada tugas pelayanan Ingwer Ludwig Nommensen dan di mulainya pekabaran Injil oleh RMG
(Rheinische Mission Gesellschaft)
0 Response to "Pekabar Injil masa Portugis sampai Zending"
Post a Comment
Anda Sopan...!, Kami Pun Segan