Translate

Khotbah Kesetiaan Orang Kristen

KESETIAAN ORANG KRISTEN

Nats : Daniel 6:20-29


Tujuan : Agar jemaat dapat mengetahui bahwa iman kesetiaan itu sangat penting dan
mempunyai dampak dalam kehidupannya sebagai orang Kristen.

Khotbah Kesetiaan Orang Kristen

Sdr, kesetiaan merupakan suatu hal yang sangat mahal dan sangat langka di zaman sekarang ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu diperhadapkan pada kata kesetiaan, baik dalam hubungan persahabatan, pacaran, rumah tangga, bisnis maupun pelayanan. Berbicara mengenai kesetiaan, saya teringat kepada satu cerita yang menyentuh hati.

Di suatu kota di Afrika, ada seorang pendeta yang telah menikah selama 30 tahun lamanya dan mempunyai tujuh orang anak. Suatu ketika istrinya menderita tumor otak, sehingga pada saat-saat tertentu ia tak dapat berpikir dengan jelas. Kadang-kadang timbul keinginan aneh yang menyebabkan ia lari meninggalkan rumah. Jadi sebagai suami, dia harus menjaganya siang dan malam. Semakin hari penyakitnya semakin bertambah parah, ia tak dapat berbicara dengan lancar. Suaminya harus menolong dia dalam segala hal. Ia harus memberinya makan dengan menyuapi, memandikan, mengenakan pakaian kepadanya. Semuanya berlangsung selama 15 tahun.

Bilamana teman-teman menyarankan agar sang suami mengirimkan isterinya ke sebuah rumah perawatan atau rumah sakit bagi pasien-pasien yang tak tersembuhkan, ia selalu menolak dan menjawab: “Dia adalah isteri saya dan ibu dari tujuh anak kami. Saya tak akan menyerahkannya ke rumah perawatan atau rumah sakit.”

Sesaat sebelum kematiannya, isteri pendeta itu berkata kepada seorang temannya yang menjenguknya, “Kapan saja engkau dan suamiku berbicara tentang pernikahan, saya ingin agar engkau menceritakan kepada mereka bahwa suami saya tetap mengasihi saya pada hari ini, sama seperti ia mengasihi saya pada waktu kami menjadi pengantin.”

Sdr, apabila kita diperhadapkan pada keadaan seperti Pendeta itu, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan tetap setia untuk melayani istri yang sakit itu? 

Kesetiaan selalu mempunyai dampak bagi kehidupan kita, baik bagi orang itu sendiri maupun bagi orang yang melihatnya. Seperti pernyataan isteri pendeta, kesetiaan suaminya merupakan bukti kasih yang nyata bagi dirinya dan saya yakin orang-orang di sekitarnya juga akan berpendapat demikian. Demikian juga kesetiaan kita kepada Allah.

Sdr, belajar dari peristiwa penyelamatan Daniel dari lubang singa, kita mengetahui betapa pentingnya kesetiaan orang Kristen kepada Allah di dalam menghadapi kesulitan hidup. Yang perlu kita tanyakan adalah dampak apakah yang kita peroleh dari kesetiaan orang Kristen kepada Allah dalam menjalani kehidupan kita? Ada dua dampak yang dapat ditunjukkan apabila orang Kristen mempunyai kesetiaan kepada Allah dalam menjalani kehidupannya: 

1. Dengan tetap setia, maka penyertaan Tuhan akan dinyatakan (ay. 22)

Sdr, Daniel adalah seorang tawanan perang yang ditangkap oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Yerusalem jatuh pada tahun 605 SM. Bersama-sama dengan orang Yahudi dari golongan atas lainnya, Daniel diangkut ke Babel, dididik, dan dipekerjakan pada pemerintah, sampai kemudian Ia menjadi salah seorang pejabat yang sangat dihormati dalam pemerintahan. Reputasi dan karirnya mencapai puncak pada waktu ia ditetapkan sebagai salah satu dari pejabat tinggi yang menduduki jabatan kedua sesudah raja dalam Kerajaan Media Persia yang sedang berkembang. Semua itu dikarenakan perlindungan Tuhan dan ketaatan Daniel kepada-Nya.

Pada awal perikop ini dikisahkan tentang kebencian rekan-rekan sekerja Daniel yang cemburu kepada keberhasilannya. Mereka itu marah karena kesuksesannya serta namanya yang baik, karena itu mereka ingin mencelakakannya tetapi tidak mendapati kesalahan dalam kelakuan atau administrasinya. Oleh karena itulah mereka mendorong raja Darius supaya dia mengeluarkan surat keputusan yang tidak mungkin ditaati Daniel sebagai seorang Yahudi yang setia. Mereka meminta agar Darius mengeluarkan larangan menyampaikan permohonan kepada siapapun dan apapun selama tiga puluh hari kecuali kepada raja.

Karena ketaatannya Daniel tetap setia melakukan ibadah, berdoa serta memuji Allah seperti biasanya. Akhirnya dia ditangkap dan didakwa melawan perintah yang dikeluarkan raja. Daniel yang setia dimasukkan ke dalam gua singa. Raja Darius merasa dijebak oleh para pelayannya sehingga ia menyesal, dan akibatnya dia berpuasa dan tidak bisa tidur. 

Alkitab menceritakan bahwa pagi-pagi sekali Darius bangun dan pergi ke gua singa. Setelah sampai dekat gua singa, raja berseru memanggil Daniel dengan suara yang sayu. Di dalam panggilannya terdapat kebimbangan akan keselamatan Daniel. Tetapi apa yang terjadi? 

Karena kesetiaannya, maka Allah menyertai Daniel dan mengirimkan malaikat untuk menutup mulut singa-singa itu. Dan Darius dengan nyata menyaksikan perlindungan Tuhan terhadap Daniel. Pernyataan “hamba Allah yang hidup” pada ayat 21 menegaskan bahwa Darius mengetahui Daniel sebagai seorang yang setia kepada Allahnya, yang hidup bagi-Nya, dan selalu menaati-Nya. 

Sdr, sebagaimana Daniel, kesetiaan orang Kristen akan selalu diuji. Tuhan tidak menjanjikan bahwa kalau kita setia, kita akan hidup tanpa merasakan kesusahan. Tetapi Tuhan Yesus memberikan janji penyertaan-Nya kalau kita setia dalam menghadapi kesulitan. Penyertaan Tuhan bukan berarti hidup tanpa masalah, namun penyertaan Tuhan berarti Dia selalu bersama kita dalam segala keadaan. Orang yang memahami penyertaan Tuhan adalah orang yang mampu berkata seperti Daniel, ”Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami …; tetapi seandainya tidak, … kami tidak akan memuja dewa … dan menyembah patung ...” (Daniel 3:17-18). 

Ilustrasi 

Sdr, pada masa gereja mula-mula, kita juga melihat penyertaan Allah dalam kesetiaan orang Kristen. Salah satunya yaitu Stefanus, dimana dengan kesetiaannya dia berani mempertahankan imannya sampai mengalami kematiannya. Jika kita memperhatikan lebih lanjut maka kita akan melihat penyertaan Allah dalam penderitaan bahkan di dalam kematian Stefanus. Pada saat satu per satu batu dilemparkan ke tubuhnya, dia masih terus berdoa. Dengan pengharapan akan kebenaran yang dipercayainya, dia secara langsung melihat dan mengalami penyertaan Tuhan. Dalam Kis 7:55, dicatat dia penuh dengan Roh Kudus dan melihat kemuliaan Allah bahkan pada saat kematiannya dia dengan yakin menyerahkan rohnya kepada Yesus.

Aplikasi Khotbah Kesetiaan Orang Kristen

Sdr, betapa manisnya penyertaan Tuhan itu. Bersama dengan Tuhan kita dapat merasakan jaminan yang nyata. Seperti contoh yang telah Tuhan berikan dalam sejarah manusia, baik Daniel yang diselamatkan maupun Stefanus yang dirajam sampai mati, kita melihat bahwa penyertaan Tuhan membawa damai dan ketenangan baik dalam suasana menyenangkan maupun tidak menyenangkan. 

Sdr, bagaimana sikap kita dalam menjalani kehidupan kita? Dalam situasi ekonomi yang sulit ini, tetapkah kita jujur dalam melakukan bisnis kita? Apakah kita tetap setia untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah? Mungkin, dalam keadaan yang susah sekarang ini kita mulai meragukan penyertaan Allah dan kita berusaha mencari jalan pintas yang tidak sesuai dengan iman kita. Namun sdr, seperti yang Daniel tunjukkan kepada kita, baiklah kita tidak melupakan janji Allah yang akan selalu menyertai kita.

2. Dengan tetap setia, maka nama Allah akan ditinggikan (ay. 26-28)

Sdr, setelah Daniel dikeluarkan dari gua singa, Raja Darius segera menghukum orang-orang yang telah menuduh Daniel untuk dimasukkan ke dalam gua singa. Seketika itu juga sebelum mereka sampai ke tanah, singa-singa telah menerkam dan melahap mereka. Keganasan singa-singa tersebut menunjukkan, bahwa hanya karena di dalam kuasa, kehendak, dan penyertaan Allah, Daniel tidak diapa-apakan oleh singa-singa itu.

Sebagai respon terhadap apa yang telah disaksikan, Darius mengetahui ada keajaiban dari penyelamatan Daniel dari lubang singa. Dia melukiskan karya Allah dengan dua kata Aramic dalam ayat 27 untuk –athiyn dan thiymhin, tanda dan keajaiban. Kata kerja jamak dari ’ath menandakan “sebuah tanda” dan juga “sebuah keajaiban dan tanda”. Kata yang kedua, temah, menyatakan “keajaiban, kebesaran” dan juga, “mujijat, kebesaran”. 

Seperti yang dilakukan Nebukadzar, Darius melakukan pemberitahuan umum memberikan pujian kepada Allah orang Yahudi. Dia memerintahkan semua rakyat untuk hormat dan taat kepada-Nya (ay.25). Sifat dari ayat 26-27 adalah sama dengan kalimat terakhir dari 3:29 (…tidak ada Allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu) dan seperti 4:34 (…Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya turun-temurun). Sebab orang-orang bukan hanya dilarang mengucapkan penghinaan terhadap Allah Israel, tetapi mereka juga harus menghormati Dia, bahkan takut kepada Dia. Darius menekankan tiga sifat dari Allah, yaitu: Dia adalah Allah yang hidup, Allah yang bersifat kekal, dan Allah yang menyelamatkan.

Dia mengulangi nama “Allah yang hidup” (bnd. ay. 20); yang hidup selamanya menuju kepada pemikiran yang ditujukan kepada raja manusia, ‘hidup selamanya’, tetapi bahwa hanya Allah saja sendiri yang benar; kerajaanNya adalah tidak terbatas dan peraturan-Nya melampaui semua hikmat manusia.

Sdr, dengan kesetiaan, maka penyertaan Allah dinyatakan dan Allah telah menunjukan siapa diri-Nya sebenarnya. Allah Daniel berbeda dengan berhala-berhala yang disembah oleh Darius; dimana berhala-berhala tersebut dalam Yes 64:4 dikatakan ‘mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat, punya telinga tetapi tidak dapat mendengar’.

Sdr, kemuliaan Allah merupakan kebahagiaan yang utama bagi seorang Kristen. Baik dalam keadaan suka maupun duka bila kita tetap setia kepada Allah maka dengan penyertaan Allah, nama Allah akan dimuliakan. 

Ilustrasi Khotbah Kesetiaan Orang Kristen 

Sdr, Kristus sendiri telah memberikan contoh kepada kita bagaimana seharusnya kita menjadi setia. Tuhan Yesus yang tersalib merupakan wujud kesetiaan yang membawa kemuliaan Allah. Saat berada di taman Getsemani, terjadi pergumulan yang menentukan masa depan manusia. Kesetiaan dan ketaatan Yesus dituntut. Tuhan Yesus bukan tidak dapat menghindari cawan itu, tetapi karena ketaatan-Nya kepada Bapa maka Dia mau menerimanya. Dalam pergumulan dengan mengeluarkan peluh yang bercampur dengan darah akhirnya Ia mengatakan, ”Bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu.” Apakah setelah pernyataan ini semua berakhir? Tidak sdr, Dia harus ditangkap, disangkal dan dijauhi murid-murid-Nya, diejek, diolok-olok, dihina dan disalibkan. Tetapi… Yesus tetap setia. 

Di dalam kesengsaraan-Nya, di dalam kesendirian-Nya, di dalam perjuangan-Nya, Dia menurut kehendak Bapa. Seperti yang ditulis nabi Yesaya dalam Yes 53:7 : “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”. Demikianlah gambaran kesengsaraan-Nya.

Sdr, di dalam kesengsaraan itu, nyatalah suatu pernyataan yang indah. Suatu pengakuan yang dikatakan dengan penuh kesadaran oleh kepala pasukan: ”Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” Dan demikianlah juga nama Allah dimuliakan.

Aplikasi 

Sdr, Yesus sendiri telah menyatakan kesetiaan-Nya. Walaupun dalam keadaan yang menderita, walaupun dianiaya, kita bukan menderita karena hal-hal duniawi, tetapi kita menderita sebagai orang Kristen yang memuliakan Allah dalam nama Kristus (2 Pet 4:14-16).

Apakah kita setia di dalam kehidupan kita? Apakah di dalam kita kita telah menunjukkan diri kita sebagai seorang Kristen dalam segala tingkah laku kita sehingga nama Allah dimuliakan? Kesetiaan kita bukanlah apa-apa dibandingkan dengan kesetiaan yang telah ditunjukkan Allah bagi kita. 

Sdr, ingatlah bahwa sebagai orang Kristen, apapun yang kita lakukan yang kita pertaruhkan adalah nama Allah. Sebagai anak-anak Allah, seharusnya yang kita lakukan adalah menunjukkan siapa Bapa kita. Semua yang kita lakukan haruslah sesuai dengan kehendak Allah. Bila kita dipuji Allah sebagai hamba yang setia maka orang yang berada di sekeliling kita juga akan mengetahui siapa Allah kita.

Penutup

Sdr, betapa pentingnya kesetiaan kita sebagai anak-anak Allah. Dengan tetap setia kepada Allah, kita akan selalu mendapat penyertaan-Nya dan dapat memuliakan nama-Nya. Sebagaimana yang diungkapkan pemazmur (145:13) : “TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.” Tuhan selalu setia, bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai anak-Nya? Pada saat kedatangan Tuhan yang kedua kalinya nanti, akankah kita dipuji dan disebut-Nya sebagai Hamba yang setia? Amin.


Subscribe to receive free email updates: